TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Bangunan kuno yang diduga merupakan situs peninggalan sejarah ditemukan warga di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro, Jombang.
Bangunan itu menyerupai bangunan bekas kolam atau pemandian besar.
Untuk mengungkap keberadaan situs tersebut, pihak desa sudah melaporkan ke Pemkab Jombang.
Di lokasi bangunan kuno yang diduga sebagai bekas pemandian zaman kuno itu, terdapat struktur bangunan batu bata merah berukuran lumayan besar.
Batu bata ini tersusun rapi di pinggir bekas pertambangan bahan pasir, tanah, dan batu.
Sebagian bangunan kuno sudah rusak, tercecer dari susunan bangunan.
Meski demikian, struktur bangunan yang ditemukan sejak dua bulan lalu masih bisa terlihat, dan menyerupai lokasi pemandian atau kolam besar.
Sebelumnya, sudah ditemukan pula bangunan yang menyerupai gapura di sekitar lokasi tersebut.
Kepala Desa Sugihwaras, Feri Mulyatno menyatakan, adalah warga yang menemukan situs tersebut.
Saat itu, warga sedang menggali tanah pada bekas pertambangan bahan galian C.
“Kami sudah melaporkan temuan tersebut ke pemerintah setempat dan katanya akan diteruskan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Mojokerto untuk di teliti lebih lanjut,” kata Feri Mulyatno, Minggu (1/1/2017).
Menurut Feri, di sekitar lokasi, selain pernah ditemukan bangunan gapura kuno, juga ditemukan banyak uang logam kuno.
“Tapi kalau arca memang tidak ditemukan. Hanya pecahan genting, pondasi batu bata dan uang logam,” ujar Feri.
Situs kuno yang berada di bekas tambang bahan galian C yang saat ini dalam proses reklamasi itu diyakini warga setempat sebagai pemandian atau kolam zaman Majapahit.
“Karakter bata merah yang berukuran besar, memang mirip dengan struktur pada candi peninggalan zaman Majapahit yang banyak ditemukan di Mojokerto,” jelas Feri.
Lebih-lebih, sambungnya, berdasarkan cerita turun-temurun yang dipercaya warga setempat, di lokasi penemuan situs kuno itu dipercaya sebagai Kedaton.
“Namun, memang belum ada bukti kuat yang menunjang cerita rakyat tersebut. Belum ditemukan prasasti. Entah kalau digali lebih dalam lagi,” tutur Feri.
Untuk mengungkap sejarah di balik dugaan situs kuno ini, Feri sudah melapor ke Pemkab Jombang, dan berharap peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulansegera turun tangan.
Sayangnya, tak ada pengamanan pada situs kuno ini, sehingga berpotensi kian rusak. Sebab, banyak orang berdatangan ingin menonton situs tersebut dari dekat.