POS KUPANG.COM, JOMBANG — Ribuan umat Kristen jemaat Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang menggelar perayaan hari raya unduh-unduh, Minggu (8/5/2016).
Berbagai hasil bumi seperti padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan dihias di atas gerobak besar kemudian diarak keliling kampung. Tidak hanya hasil bumi berbagai hewan ternak juga diarak keliling desa. Perayaan ini guna menyambut masuknya musim panen.
Terdapat tujuh blok unduh-unduh yang diarak. Yakni, enam blok dari jumlah dusun yang ada di Desa Mojowarno, ditambah satu blok dari RS Kristen Mojowarno.
Rinciannya, selain blok RSK Mojowarno, adalah Blok Dusun Mojowarno, Blok Mojoroto, Blok Mojotengah, Blok Mojojejer, Blok Mojowangi, dan Blok Mojodukuh.
Pendeta GKJW Mojowarno Wimbo Sancoko mengatakan, tradisi unduh-unduh sendiri berasal dari kata mengunduh atau memetik. Untuk itu tradisi ini digelar saat musim petik atau musim panen.
“Tradisi unduh-unduh merupakan perpaduan antara ajaran kitab Injil dan budaya Jawa. Setiap umat yang mendapat kenikmatan atau hasil yang melimpah, diwajibkan memberikan sedikit rizkinya untuk orang yang membutuhkan,” ujarnya.
Menurutnya, setiap tahun di musim panen, umat kristiani di Mojowarno selalu menggelar tradisi ini. Harapannya, panen mendatang lebih baik. Selain itu sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas panen yang berlimpah.
“Kegiatan seperti ini juga mengajarkan kepada jemaat agar memiliki kepedulian terhadap gereja dan sesama umat manusia lainnya,” imbuhnya.
Perayaan berlangsung meriah. Tujuh blok unduh-unduh diarak dari halaman GKJW menuju tempat lelang. Ribuan warga dari juga terlihat memadati jalan yang dilewati rute unduh-unduh tersebut.
Tak hanya warga Jombang saja yang menyaksikan pesta ini, banyak juga dari luar Jombang. Seperti Surabaya, Kediri, Mojokerto dan bahkan dari Jawa Tengah.
Jacob Johan, salah satu pengunjung asal Surabaya mengaku terkesan dengan perayaan unduh-unduh yang digelar rutin setiap tahun ini.
“Mengagumkan. Masyarakatnya menyatu, toleransi mereka sangat tinggi. Nyaris tidak ada perbedaan ras maupun agama. Mereka bergabung dalam kegiatan ini,” paparnya.
Dalam acara ini, semua hasil bumi tersebut, usai diarak, dilelang bebas kepada masyarakat umun. Hasilnya digunakan untuk keperluan pelayanan gereja, serta disalurkan kepada orang-orang yang secara ekonomi butuh uluran tangan.(uto/sutono/Tribun Jatim)